ini tulisan hidup berkembang, terkini 22 september 2015 jam 17:09
MEMASUKI UMUR 70 TAHUN
memulai menelusuri mengolah pengembalian tujuh sinar penerangan, pengembalian apa yang diambil dari bumi, dalam bentuk materi kembali kebumi; dari manusia-hewan-tetumbuhan-mineral berupa benda, setelah diolah didiri dikembalikan dalam bentuk bayu atau ilmu atau kepercayaan atau agama semesta = Sanatana Dharma. Yang berupa sinar, Roh, Atman kembali ke angkasa, akasa, maya, ether.Pengolahan materi dan sinar MAHA PENCIPTA memnghasilkan tenaga yang menghidup. Sebagai manusia perjalanan di hidup ini memerlukan pekerjaan, yadnya / pengorbanan untuk meneruskan kehidupan. Korban uang untuk bisa beli makanan, misalnya. Korban tenaga uantuk bekerja bisa dapat hasil yang diinginkan. Korban melimpahkan cinta pada anak ....ahh, ini bisa bawa landasan berupa beberapa kebijaksanaan, misalnya:
- karena memang itu tugas kewajiban = dharma bhakti.
- karena ingin mendapatkan keturunan yang nanti bisa menjamin masa tua.
- karena bisa mendapat wadah menurunkan miliknya berupa ilmu, kekayaan materi, seni, dll.
- ...tolong di tambahkan .....
Saya memulai dari diri sendiri, kemudian dengan lingkungan, dengan saudara, dengan pengertian ada 4 (atau lebih) jenis persaudaraan:
1: saudara perilmuan, saudara berbagai isi otak, isi buah pikiran, ranungan
2: saudara kesenangan bayu hidup, seperti olah musik, olah gerak kesehatan bersama tanpa ada pertukaran kebendaan/uang
3: saudara kebendaan, saling tukar materi, tukar uang dll.
4: saudara family rumah tangga , keluarga dalam pengertian umumya, berasal dari turunan leluhur yang pada umumnya diselusuri dari unsur lelaki, yang menurunkan benih "air pencipta", ... air cucuran atap jatuhnya kepelimbahan mengalir menjadi sungai silsilah.
tanggal 21 september, memasuki musim gugur dan musim dingin di Eropah, di Montreuil Perancis tempat tinggal saya sekarang sekeluarga, mulai lagi merenung, seperti setiap tahun, melepas apa yang tak perlu, yang tak diperlukan dalam kehidupan ini, ditingkat umur ini.
Apa yang dilepas? Terpilih dari 4 jenis saudara, 3 sarana tribuana. .....
SANATANA DHARMA, apa yang abadi berlaku disemesta, hukum alam abadi, agama semesta, kepercayaan telah dites melewati ilmu pembuktian pemuasan otak yang rasionil/ilmiah, hukum alam yang dipercaya, atau kepercayaan berdasarkan hukum alam abadi ....Sanatana Dharma. Semoga terbuka jalan menerang, tanpa terbelenggu, tanpa terpenjara dimarga keagamaan dunia yang telah ada, yang si manusia penciptanya.
Bagaimana kita tahu kalau itu TUHAN bukan HANTU yang menulis atau mengucap dimulut manusia? Mari berhati hati dalam menghidup didiri kata TUHAN yang sangat pintar menHANTU didiri.
Bila huruf H diuapkan dari kata itu maka akan tinggal Tuan dan Antu. Huruf H, huruf yang di"hadir-lahir-mengindera nyata" oleh hembusan nafas, prana, bayu, tenaga kehidupan. Huruf T dan N terucap, terlahir dengan pergesekan dan hentakan gigi dan lidah, T mengarah dan mengandung kekerasan, condong membenda dalam kenyataannya; sedangkan N mengarah mengandung suara sengau lewat hidung menerus ke otak menerus ke alam maya. Ini menghidupi kecondongan me MAYA, tak terjamah oleh panca indera, seperti kepercayaan akan kegaiban alam, kegaiban tenaga material, tenaga hidup manusia, hewan, tetumbuhan, ilmu dan teori-teori, ... Disini penerangan yang dibuka disulut sinarnya dari pengolahan "ilmu" BAYU SWARA" Tribuana, klik dan lihat ladang n°14 dari 27 ladang pengolahan ilmu expressi tiga dunia:TRIBUANA susunan i Gede Tapa Sudana. Huruf A , suara membuka. huruf U, suara U meluncur kedepan, U bisa menjadi Ü, menjadi suara harmonik dimana satu suara nada pokok, bisa memecah memancar di tujuh suara, tujuh sinar, seperti yang dilagukan oleh penyanyi TUVA. Satu nada bisa melahirkan resonansinya yang dimodulasi menjadi melodi di oktaf yang lebih tinggi. Bagaikan mengakar dibumi tapi juga menari dilangit. Badan akan kembali keasal materi, Roh yang penghidup: ATMAN akan kembali keasalnya, wyapi wyapaka, berada dimana mana memenuh segala. Bagaimana mengerti ini? Ah, sebaiknya jangan dimengerti, ada yang dipercaya, ada yang terbuktikan oleh ilmu pengetahuan, tahu, (hantu, tuhan, langit, bumi, sorga, neraka)....
Silahkan tonton berbagai macam seni menyanyi "harmonik" di video yang saya kaitkan diatas dan disini: Penyanyi TUVA. Penyanyi tenggorokan 5 styles, dari Visuddha Cakra, cakra suara, menggetar menerang membuka pelangi marga keharmonisan diri-semesta lingkungan, micro dan macro cosmos, se expressi, seni suara, seni mengucap.
Visuddha Cakra, cakra GURU, terkait dengan elemen Ether dan Suara; Visuddha = pemurnian, bersih, maka kita harus bersih dan murni (melukat) sebelum bisa menerima sinar biru cakra yang mengekpressi diri, dengan suara, dengan getaran yang menghubungan suara dalam diri dan dunia luar, marga pengucapan kebenaran, mengucap buah pikiran yang bakal menjadikan laku, pekerjaan sehari hari. Hawa, udara, mantra, doa, ....
Bagaimana suara bisa mengandung arti? Arti bisa melurus atau membengkok jalan kebenaran, membersih atau mengotori makna/arti Roh-ani, the path of spirituality.
Suara kata, suara/bunyi mempermainakan arti kata, misalnya : dalam bahasa perancis : suara "con", suara "kong" = sinting, sedikit gila...
Saat saya menulis blog ini, adik saya Nyoman Sudiati, adik ke 3 dari 8 anak ibu saya dengan ayah I Gede Madera (dengan dua istri Bapak beranak 13), ini titipan chat Nyman Sudiati via Facebook 22 sept. 2015 jam 11/49 Paris time, :
Monyet bijaksana cerdas : Kong Fu Tsu
Monyet menyalak bagai anjing: Ngong KONG
Bisa ditambah, tak mau kerja? mogok? : Nong KrONG...ah ada getaran rrrrr tertambah.Di Bali ada tradisi "mekekawin" umumnya dimulai oleh orang yang telah mengalihkan perhatiannya kepada filsafat keagamaan, ilmu warisan leluhur, cerita tutur kebijaksanaa, jalan kebenaran, olah tata-susila yang luhur yang patut diturunkan kemasyarakat, ke anak cucu, umumnya tingkat menjelang wanaprastha, setelah langgeng dijiwa, umur 40 tahunan, ketika anak-anak sudah bisa berdikari. Tapi bisa juga dicicil sebelumnya. Didalam mekekawin, disitu kita mengawini kruna=kalimat, kata kata; Sebagai diketahui, lontar/buku bali dari daun roltal/lontar bertulisan Hanacaraka huruf Bali itu, tak ada spasi antara satu kata dan kata lainnya. Pembaca harus bisa menyisihkan suara kata yang berarti..... bagai sungai yang mengalir, demikian tulisan itu berupa rentetan huruf, yang juga bergantungan dan bertopi. Disinilah ilmu BAYU SWARA penting sekali dalam memisahkan suara, seni men "striptease" kata-kata, menelanjangi pakaian busana swara dari kata-kata ....