lundi 14 décembre 2020

Tribuana, olahan / expressi tiga jagat : TRIBUANA Tapa Sudana: badan, bayu hidup/emosi, pikiran.

 Updated jumat, friday, 8 january 2021, 11:10

Sunday, March 23, 2014 updated 14 December 2020

Tribuana; jalan tiga dunia, manusia dan sandiwaranya, olah memekar pernyataan pikir, bayu dan badan.

Membangkitkan,  mengembang memekar dicipta, mengucap dibibir, melahirkan dikehidupan, memelihara bibit mengembang = bercocok-tanam expressi 3 dunia kemanusiaan, untuk marga teater/sandiwara, dan jalan kehidupan.
Kata-kata terangkai  mengkalimat, gambar membayang dikenangan, suara menggema didiri dan lingkungan, tiga sarana penyalur idea ke pertunjukkan/performance.
Pikir, Bayu-hidup dan Badan,
apa yang kulakukan sehari-hari ?

English Tribuana text, please klick here




J

photo february2017
photo october 2017

photo 2012

photo 1950an &1964

Voie Tribuana en Français

et aussi /also in
Italian? Spanish? Greek? one link contains others.
Welcome.

5 janji, syarat, sumpah, ketekunan, bhakti, 
yang patut dipraktekkan, dita'ati:
1: mengerti, menghormat, mengolah kepribadian dengan jiwa kebhaktian.
2: menghidupi kejujuran, terus terang, hening cipta.
3: mengolah dengan tekun keahliannya, seninya, pekerjaannya.
4: bersusila menyelaras pikir, laksana/laku dengan lingkungannya (mini atau maxi lingkungan, tergantung dari luas kesadarannya meng"ADA" dikehidupan.
5: menghormati dan mengolah GURU SEJATInya = menguasai diri= meluhur ciptaan leluhur didirinya.

Saya Tapa Sudana, nama "actor of life in Paris", I Gede Sudana (nama lahir dari 1945-1974),  I Gede Tapa Sudana (1974-sekarang, paspor Indonesia), terlontar (melontarkan diri) ke Paris berkat ajakan Sardono W. Kusumo dibulan february 1974, ikut dalam rombongan "Dongeng dari Dirah" = "La Sorcière de Dirah", tour ke Paris dan di beberapa negara Eropah waktu itu. Rombongan terdiri dari 30 : penari, penabuh, aktor, penyanyi, tradisionil dan kontemporen, serta 4 anak uur sekitar 8 tahunan. sebagai lanjutan dari kerja sama saya dengan Bapak Sardono ikut membikin Kechak "urakan" di desa Teges ditahun 1973an, kalau ingatan saya masih benar. Sampai sampai kechak itu dilarang, entah apa alasannya yang jelas. Waktu itu Sardono sedang mencelupkan dirinya sedalam dalamnya, mengabdi sepenuhnya, secara total pada "taksu" yang mengendarainya di Bali. Saya mengiringi mas Don berkeliling, dari desa Teges Gianyar, satu malam ke Vihara Budha di Singaraja barat. Keterlibatannya dengan karya melukisnyapun sudah mulai saya lihat ditahun 1973. Tidur dirumahnya pak Londjing didesa Teges, latihan kecak malam hari dengan kehadiran pak Kakul dari Batuan, bapak I Made Gerindem pimpinan gamelan desa Teges, Ida Bagus Geria Dalang, penari dari desa Mas, Gianyar, Bapak Tempo dari Tampaksiring, dan warga desa Teges.

Malam itu Sardono meminta saya menghaturkan "ilmu pernafasan yoga" pernafasan/pranayama Bali untuk group kreasi/riset itu. Pak Kakul lalu menyuguhkan gerak mudra tangan. Pak mangku Teges hadir memercikkan tirtha suci kepada segenap warga kechak yang duduk bersila dilataran tanah pura Teges; dan ....chak! chak chak chak .... pak mangku yang masih ada ditengah pengechak, secara tuntas, bagaikan gerakan reflex menari dengan mangkok tirtanya. Konon ini juga merupakan satu kriteria larangan, pemangku kok menari. Pak Moerdowo, pemuka budaya waktu itu di pemerintahan, ada dipihak berlawanan dengan aliran seni kreasi Sardono.


Ingat saya satu ketika, sore hari, ketika rombongan pak Moedowo datang, saya dan Sarodno bersembunyi di "teba" (di kebun bambu desa Teges). ha haa, lucu, bila mengenang semua itu.


Dalam latihan Kechak kreasi itu I Made Netra almarhum  menghatur Tari dengan pak I Wayan Dibia, atas permintaan Sardono sebagai koreographer. Netra, teman saya gelandangan di Eropah, dengan Netra kita membentuk grup dance teater PATRA di Geneva, Suisse ditahun 1974).Group Patra kemudian dianggotai oleh Jacque Fassola, Soegeng dan Dewi, istri Netra. Group Patra terpecah ketika Netra pulang balik ke Bali dan saya dikait oleh Peter Brook memasuki group risetnya di Paris, CIRT (Centre International de recherche Théâtre) dengan projek "la Conference des Oiseaux", 1979, naskah Soufi oleh Farid al din Attar dari Persia, di teaterkan naskah tulisan/karya Jean-Claude Carrière.  


Saya ikut bersama Peter Brook  dalam 4 ciptaan/creasinya di group international itu, dalam penciptaan dan pementasan keliling dunia: La Conférence des Oiseaux, Carmen (film dan teater), Mahabharata (versi film dan teater dalam bahasa inggris dan perancis), La Tempête dari Shakespeare, berakhir petualangan saya dengan groupnya ditahun 1991.

Sejak tahun 1975 saya mengolah ilham yang muncul di kediaman, studio satu kamar saya di Paris dekat Menara Eiffel, rue Augereau: judul ilham: "travail sur soi" = olah diri ( olah raga, bayu dan rohani). Satu teman orang Perancis mengatakan titel itu terlalu angkuh.


Sementara itu saya dilontarkan oleh Jacques Fassola, di Nice (perancis selatan) untuk memberi "workshop", sebagai satuan kita Group Danse Teater PATRA. Jacques berkata:"Tapa kamu bisa mengajar".
Karena group pengaménan kita di Eropah waktu itu berdasarkan tari dan topeng Bali, dari situlah saya diambil oleh Peter Brook sebagai "tukang gerak topeng", yang sudah lama dia cari topeng dan actornya, saya dijambret di Nice dirumahnya Jacques Fassola, dan sejak itu dari Conference of the birds yang memerlukan ahli topeng, Peter Brook mengambil pilihan Topeng topeng Bali, yang datang dari koleksi Jcques Fassola dan pahatan Ida Bagus Anom dari desa Mas. Ahh, maaf ini cabang cerita lain, ....

Mulailah saya mengolah ilmu, dimulai dari gerakan. Apa yang ada pada diri saya, ingatan dari paman I Nyoman Siki (guru penchak silat )  di rumah keluarga saya di Pemedilan, paman mengajar silat tiap malam, dengan diiringi suara gamelan. Bah, gerakan dan jurus jurusnya terpraktekkan untuk perkelahian; Saya seorang penakut dalam berkelahi, dan tak sampai hati memukul orang. Satu kelemahan.

Bapak saya, I Gede Madera adalah kakak Paman Siki pesilat, adalah seorang guru sekolah rakyat yang menyusun juga senam untuk anak anak sekolah rakyat (sekolah dasar): Senam kesehatan. Bapak bekerja juga di Kantor Pendidikan Jasmani, Denpasar. Bapak I Gede Madera juga mengajarkan taéso senam paginya di beberapa sekolah rakyat, kamipun melakukannya setiap pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 07:15 sebelum duduk dibangku sekolah. Bapak saya menyusun juga senam berdasarkan gerak pokok (agem) tari Bali.
Nah Seni gerak inilah yang mendasar disukma saya, gerak badan, ditututi, diikuti oleh olah Yoga Swami Sivananda yang bapak praktekkan juga waktu itu. Dari Yoga saya menjelajahi juga jalan menjembat ke Meditasi.

Bapak saya membikin saya "topeng cunguh", dari kayu cendana, dia juga pernah melakukan pekerjaan sebagai pematung, untuk menambah penghasilanya, menghidupi keluarganya. Dia mengarang/menyusun sekitar 15 buku untuk sekolah dasar di Bali, buku ilmu bahasa tulisan Bali dan tulisan latin, buku ilmu bumi, buku lagu anak Bali, klick disini, salah satu bukunya: Merdu Sari 3 jilid,  menghormati karya bapak , saya bikin beberapa video di youtube, please klick here: Sekar Emas


Bapak saya, I Gede Madera Almarhum, 
8 september 1921 - 25 oktober 2007
selalu menemani, menerang, menuntun, mengawasi.
Ibu saya Mangku Ni Made Nurani,
1934 (?) - 17 mei 2015, 10:20 


Tahun 2000, ketika saya pulang ke Bali, bertemu Bapak Pembenih manusia saya, tahun itu saya pulang ke Bali dengan istri Pippa Cleator,  menganak putri kami Lutchia Sudana Cleator., lahir 16 juli 2000.


Dengan Putu Wijaya saya memulai main drama karyanya, di Jogyakarta. Putu Wijaya memberikan saya kalimat memandu marga teater, katanya: "Tapa, disiplin actor teater itu lebih keras dari disiplin orang militer," Sekarang saya menemukan disiplin orang teater itu bukan saja harus patuh tapi bisa kreatip, sedang seorang militer tak boleh banyak kreativitasnya, mereka harus mematuhi perintah, patuh taat melakukan apa yang dititahkan. Seorang aktor, bila waktu pementasan tiba, sakitpun dia harus naik panggung, penonton menunggu,  Seorang aktor percaya akan apa yang dia perankan, jadi aktor itu menempuh marga kepercayaan, seperti marga orang yang percaya pada sesuatu, agama, misalnya. Kepercayaan, diolah oleh kecerdasan pikiran, pengertian, dan selebihnya adalah ke percayaan, tanpa perlu bukti ilmiah. itu beda marga ilmu ilmiah membukti, dan marga agama dengan pengertian yang dipercaya dan diyakini.
Mengada atau tidak mengada? to be or not to be;
Dengan Rendra di Jogya ditahun 1968an, kami digembleng dalam 9 persaudaraan persilatan BANGAU PUTIH BOGOR: Persatuan Gerak Badan Bogor, oleh Max Palar, setelah diresmikan oleh Suhu Subur Raharja, resmi diupacarai sebagai pengolah turunan ilmu sang guru, 9 warga silat Bengkel Teater Jogya, termasuk dalam ritual peresmian itu Rendra dan dua istrinya.
Dari modal pengalaman pengolahan silat PGB Bangau Putih itulah Silat Tribuana telah menjadi salah satu dari 27 mata pelajaran di marga "Tribuana theater of life" hingga kini. 
http://tapasudana.blogspot.fr/2008/03/tribuana-theatrical-workshop-2008.html
Saya menambahkan kata keterangan Tribuana untuk kata Silat :Silat Tribuana, karena dalam pengolahan saya di Workshop Tribuana + praktek sehari hari, saya menemukan gerakan gerakan baru mekar dari apa yang telah saya dapatkan dari paman I Nyoman Siki guru Silat di Pemedilan ditahun 1950an, dan dari pengalaman dengan beberapa guru lainnya: Silat Bangau Putih, Kyu Do, Kalaripayat (ketika masa persiapan Mahabharata di Bouffes du Nord Paris selama 9 bulan.

Untuk mengemudi dan mencerna, mengolah kesehatan emosi yang berhubungan dengan organ pencernaan seorang aktor, saya mengikuti ajaran master Mantak Chia yang disalurkan kediri saya dalam workshop di Perancis oleh Juan Li, murid inti Mantak Chia. Ini menjadi mata pelajaran nomor 7 dari marga Tribuana.


Di Perancis olah marga tribuana pada awalnya sering mengadakan "workshop residential", kita menyewa rumah dan semua peserta tidur, makan, berlatih ...24 jam, terkadang tidak tidur semalam suntuk. Gaerah menggila masa muda ditahun 1980an, seperti kerangsukkan "sesuatu" terkendarai oleh "taksu" (kekuatan gaib tak terterka dari mana asalnya, bagaimana hadirnya menyelinap di aksi badan, pikir dan bayu hidup, yang tak selalu mudah dimengerti. just go, with awareness. Edan ning éling lan waspodo, sebisa bisanya.

Pandangan Tribuana, untuk seorang aktor.

Actor Tribuana adalah mangku, pemangku, penjunjung, penghormat, pemelihara, pemekar "sesuatu" yang lebih penting, lebih mulia, lebih agung, lebih berharga, lebih bernilai dari diri (milik diri) nya sendiri. Memainkan peran yang diturunkandari watak/ karakter, dari leluhur, dari tenaga pencipta semesta, para dewata (kata orang Bali), dengan demikian sang aktor akan meningkatkan nilai/ budaya/budhi daya dirinya.
Pendapat pikiran, dasar dalam pengolahan, aktor, sebagai pemangku, peladen, penghidup, (servant), sebagai warisan leluhur Bali, Hindu Bali, kenangan dan pengalaman masa kecil-muda di Bali, saya berusaha menghormat warisan leluhur, dari warga mangku asal rumah keluarga disisi utara pura Penambangan Badung, Pemecutan, Denpasar. Ibu Candi di Pura itu junjungan keluarga kakek. Ingat kakek kerauhan, jam 3 dini hari, di Piodalan purnama kedasa, ketika kakek memimpin persidangan para dewa, yang turun dengan perantaraan badan manusia, pemangkunya. Odalan Purnama Kedasa pura Tambangan Badung, tahun ini 2015 kiranya dirayakan tgl. 3 april 2015.

Dari ilham mangku meng-aktor, maka saya didapati oleh-oleh, mendapat tuntunan bahwa sang aktor itu harus memangku, menghidup "roh, jiwa, karakter" yang diperankannya; Bila ada yang sampai kerangsukkan, "kerauhan" kata Balinya, itu pertanda dia telah menyerahkan raganya sebagai sarana menghidup "Roh yang Rauh/datang » yang mau hadir diantara kehidupan manusia, didunia ini, lewat seni menghidup dipentas sandiwara=teater, sandi sandi wewarahan keadaan/kehidupan.

Actor Tribuana, bersifat berlaku bagaikan air, akan mengambil bentuk yang mewadahinya, cair mencair mengalir dalam segala bentuk, bentuk yang menghidup.
Istilah Bali, penari menari, pregina mesolah.
Nah, mesolah, kalau kita meminjam kata-kata Hamletnya Shakespeare: "to be or not to be, ....." ha haa, but HOW ? ???


Bagaimana sikap kita menghidup di panggung, atau di kehidupan? Apa yang perlu diolah didirinya?
Untuk itu perlu ditentukan unsur unsur diri yang akan aktip mencipta, aktip bersolah di kehidupan, di panggung, dimana saja.


Tribuana memandang, menimbang, 3 unsur pokok yang membatangi cabang ranting daun bunga buah karya aksi seorang aktor kehidupan adalah :
  1. kepala, bertahta sang pikir, pintu masuk roh penghidup: UNSUR PIKIR; tersimbul dalam logo: segi-tiga Tribuana. The mind.
  2. organ pencernaan, dirongga dada hingga perut sebagai pabrik bayu (tenaga hidup menghidui karekter atau peran yang dimainkan, dipangku), yang mengolah mengubah makanan, materi/benda, udara menjadi tenaga hidup, tenaga menghidup: UNSUR WARNA WARNI EMOSI, emosi, sedih, gembira, marah, senang, dll: tersimbul dalam logo: lingkaran. Living emotional instrument and expression.
  3. bagian pinggul, alat kelamin mencipta memperbanyak pelahiran manusia, dua yang bersatu mencipta hidup: unsur BADAN/RAGA: tersimbul dalam logo: segi empat. Materi, kebendaan, keberadaan yang membadan. The matter.

Berdasarkan tiga unsur pokok itu, saya meringkas marga sekolahan actor dengan nama tiga dunia, Tribuana.
Dengan expressi tiga dunialah aktor akan bercerita, memeran watak, menyanyi, menari, berkata, beraneka rasa (emosi) bergerak. Olah tiga dunia dalam bercerita;


Apakah kriteria penentu yang jitu untuk cerita?
Meminjam dari Bhagavan Biasa, ketika beliau konon memulai cerita nya, menceritakan pada seorang anak didepan Ganesha penulisnya/sekretarisnya, bahwa cerita yang dia ceritakan akan memberi jaminan :


  1. mangasah kecerdasan, inteligensia
  2. umur panjang, cerita selesai dipentaskan, tapi inti sari certa terus berlalu hidup di ingatan dan berproses dibenak/pikiran manusia; ingatan mengkristal membendahara, perbendaharaan mengilmu, ilmu menerang marga sesolahan.
  3. mengubah, membangun, men transformasi penceritanya, pendengarnya, lingkungannya. Setelah mendengar, menghidupi "cerita", pendengar, penonton, actornya, merasa perubahan didirinya, hingga ter "transformasi" menjadi "orang lain". Perkembangan, mengembang, mengubah perwujudan expressi tiga dunianya.

Kalau saya tambahkan, cerita di sandiwara (kata yang saya lebih suka memakai, adalah kata "sandi-wara", dari pada memakai kata "teater") hendaknya kerja teater itu juga membina watak manusia yang baik, sopan santun, cerdas, berbudaya dan berilmu tinggi dan mendasar mendalam disukma kemanusiaan yang beradab, memproduksi manusia bijaksana menebar kebajikan.

Jaman sekarang, jaman internet, jaman angkutan kapal terbang, angkutan informasi lewat satelit,  dimana manusia sedunia bisa bercampur berasimilasi dengan isi kelir computer, dimana informasi terberita bisa menjalar mendunia dengan satu klik di jari, udara saling mempengaruhi saling menarik merangsang ke segala arah, perlu keteguhan watak berlandaskan ajaran tingkah laku yang mengharmoni di hidup dengan lingkungan, sikap bijaksana.
Teater, salah satu sarana yang penting, karena dia mencakup, menyentuh, mengolah semua unsur kemanusiaan, unusr tiga dunianya.

Di marga Tribuana, saya menghatur, menyaji, menyuguh 28 ladang pengolahan, yang boleh disebut mata pelajaran.


  1. Ladang 0, mata pelajaran 1: hamba menghampa, nol, mengosong diri. Saya ambil dari pelajaran saya di Bengkel Teater WS Rendra di Jogyakarta, berjudul PREP (preparation).
  2. Ladang 1: Silat Tribuana, olah gerak badan. Ilham dan sumber dari persilatan Bangau Putih Bogor, waktu itu Guru Besar Bapak Subur Raharja (almarhum), dengan pelatih kami di Jogyakarta Max Palar, saya meneruskan di Paris dengan Palisandra Finger, seorang putri Perancis pewaris perguruan, satu diantara delapanbelas sim pay tote;
  3. Ladang 2: Rasalir, mengalir merasa tenaga dalam gerak. Memerinci setiap possisi dalam gerakan. Inspirasi dari Tai chi, saya mempraktekkan di Paris Tai Chi jenis Wu, dengan seorang guru cina, monsieur Toy di park Butte chaumont.
  4. Ladang 3:  Taksu Tribuana, mirip Chi Kung Cina, Mendalam dirasa dan mengembang di bayangan menghimbau kedatangan "jiwa", roh, karakter /watak yang menghidup dalam aksi seorang aktor.
  5. Ladang 4: Kukul Jagat, (inspirasi Ko Do of Japan) saya meminjam kata kukul dari bali, yang bisa dikaitkan dengan bedugan di mesjid, olah perkusi, ritme, ritual, dan ketahanan kestabilan tenaga yang terus mengalir. Olah gaya tahan hidup. Ini silahkan klick disini, videopara siswa tribuana di Italia, di Teatro del Montevaso, berlatih Kukul Djagat. 
  6. Ladang 5: Yoga Tribuana, adalah merenung dan merasa apakah isi satu posisi/sikap badan, tenaganya, karakternya, sikap hidup, gerak reflexnya; Sebuah posisi=asana, mengandung jenis tenaga tertentu, yang dicoba dihidupkan dalam seni olah teater.
  7. Ladang 6: Pranayama Tribuana, olah pernafasan, nafas mengudarakan bayu karakter. Latihan pernafasan bisa juga dipergunakan untuk meditasi (dyana). Menyadari keluar masuknya tenaga luar-dalam.
  8. Ladang 7: olahan latihan kesehatan Taoist. Emosi, perasaan yang diungkapkan, perasaan yang diexpressi mempunyai hubungan dengan organ pencernak, menurut ilmu Tao Cina; Maka ada latihan sehari hari yang harus dilakukan, yang dijiwai oleh ladang 4 tribuana, gerak, nafas, dan bayangan yang dimohon dan membangkit membayu; Untuk ini saya mengikuti latihan Health movement of Master Mantak Chia, saya dapati dari berguru dengan Juan Li seorang murid pewarisnya.
  9. Ladang 8: Tongkat Tribuana, ini karya ciptaan saya, untuk kesehatan, untuk meditasi, untuk latihan ber-grup/kelompok.
  10. Ladang 9: Olah Topeng untuk teater, untuk peran. Ini sebuah video rituel seni Topeng Bali, ini video pertunjukkan topeng di Paris dengan Soegeng dan orkes ambasad Indonesia di Paris, pimpinan Dewa Putra Diasa.
  11. Ladang 10: Olah Wayang, puppet/ wayang ciptaan dari apa saja, wayang bayangan atau wayang golek untuk menghidupkan peran/watak dari sebuah drama/ sandiwara. Ini sebuah cuplikan video pertunjukkan "GOLO le simple" ciptaan kami bertiga dengan Sébastien Rabbé (Teater Artisanat des Menteurs) dan Olivier Richard( Teater Art Metamorphoses) ex dua siswa Tribuana.
  12. Ladang 11: olah dengan alat-alat yang berbunyi, olah musik, olah seni suara sebagai sarana pencerita;
  13. Ladang 12: Kechak, inspirasi dari Bali sudah tentunya, mengembang untuk olah ritme, olah suara, olah melaras bersimfoni dengan lingkungan; Ladang ini hasil participasi saya dengan kreasinya Sardono W Kusumo dalam La Sorcière de Dirah yang tour ke Eropah tahun 1974. Salah satu video praktekdengan siswa di Italia. Granara. Ini video kedua kechak.
  14. Ladang 13: Tergerak mengalir oleh musik etnik sedunia pilihan peserta; Musik etnik dunia mengandung warisan leluhur yang telah bisa bertahan di ribuan tahun, patut diresapi, dihidupi, dalam gerak indah, atau gerak expressi bintatang, tetumbuhan, kayu, dewa, hantu, dll.
  15. Ladang 14: Bayuswara dan Lambang, adalah mengolah bunyi yang terlontar dari rasa ketika melihat, mendengar, merasa, mencium, meraba, berreaksi. Bayu swara harus terdiri dari satu vocal (huruf hidup) dan satu konsonant atau boleh lebih. Bayu swara pertama, akan mencipta bayuswara kedua, yang dua mencipta ketiga, dst. rangkaian suara suara itu terucap bagai mantra, atau ritme yang diulang melingkar, menjiwa gerakan, dan menumbuh bayangan.... cerita. Penciptaan bayuswara sebaiknya dimulai dengan meditasi didepan secarik kertas mutih, menggores bentuk atau garis. Goresan/bentuk pertama ber bayuswara pertama. demikian goresan/bentuk pertapa mengrangsang goresan kedua, bentuk kedua dengan suaranya. Demikian seterusnya, hingga tergambarlah sesuatu, bentuk seni lukis, atau mandala; Gambaran itu bisa dinamakan Tripass, atau hard-disk atau "rerajahan". Di Perancis dulu saya namakan Disquette. Disquette/ Lambang/simbol dan bayu swara bagaikan lambang dan lagu.
  16. Ladang 15: kata kata mutiara, kalimat renungan, penuntun hidup, peribahasa. Photo pohon kata-kata mutiara (cristal of thought Tribuana) Workshop didesa Perancis, organisasi oleh Theater Organic.
  17. Ladang 16: olah per kelompokan, olah berkarya dalam kelompok. Ini photo siswa Tribuana didesa Perancis, di teater center "FOOTSBARN THEATER" in Herison, France.
  18. Ladang 17: Improvisasi, menghidup bersemi mengharmoni di desa, kala, patra.
  19. Ladang 18: seni bercerita, mendongeng.
  20. Ladang 19: Totem tribuana. Ini oleh-oleh, kenangan Camping Culture WS Rendra akhir tahun 1960an di Parangtritis Jogyakarta. Saya kembangkan sebagai Seni Pelinggih. Seni mengolah simbul, menyimpul menyimbul perasaan nan dalam dengan menggunakan benda dalam bentuk tiga dimensi, patung atau bangunan seni rupa akan memancarkan tenaga gaib tempat itu atau totem itu. Dari hari ke hari totem berkembang berkat tambahan bahan/object/benda. Expressi totem bisa mencermin jiwa penciptanya. Hubungan nya tak mudah dimengerti, tapi expressi bisa berkesan lama, bagai sumber yang selalu membuka rahasia. Seni rupa. Klick untuk lihat photo, TOTEM TRIBUANA. Disini ada photo siswa tribuana , yang saya ajak berkemah di hutan Venezuela, workshop untuk teater group di Caracas. Ini satu Totem yang dibuat disebuah gua kecil dihutan Venezuela, selama lima hari workshop dihutan.
  21. Ladang 20 : Bila roh totem itu digambarkan dalam dua dimensi seperti olah ladang 14, maka gambaran diatas kartu/kertas putih bujur sangkar atau segi empat bernama Tripass, atau Disquette, PASTRI: passport tribuana;
  22. Ladang 21: olah ritual. Olah ini saya perkenalkan diluar Indonesia, tetapi di Indonesia, ada rasa akan adanya roh disuatu tempat itu telah melahirkan bara ritual, ada kata: keramat. Ritual tribuana adalah hal hal yang dilakukan dengan menghormati adanya roh dibenda mati atau pun hidup, olah ritual tribuana juga mengolahan latihan setiap hari yang menghidupkan roh dalam gerakannya. Berkenaan dengan "magis".
  23. Ladang 22 : Bayu Panah, adalah seni melepas panah secara "ceremony", saya pelajari di Perancis seni Kyu Do dari Jepang, ilmu panah upacara; Juga dapat satu kesempatan praktek Kyu Do di Do Jo nya Onuma Senshei di Tokyo, ditahun 1991. melepaskan panah, melepaskan manah, buah pikiran, niat, dikaitkan pengertiannya dengan senjata gaib Pasupati/pasupata, senjata yang diterima oleh Arjuna anugerah Shiva, berkat ketekunan Arjuna melakukan Tapa Brata, dihutan pengasingan, dalam cerita Maha Bharata karya Peter Brook, Paris, 1983-1987), yang saya ikut acting didalam pentas tour dunia, pran Pandu, Shiva, Salya. moto dari olah Kyu Du, jalan Panah: "one arrow one life". Melepas/melancarkan satu panah adalah hasil karma satu kehidupan. Pasupati pasti mengena sasaran, pancaran cipta tajam menancap sasaran, bila tak menyentuh tujuan ....ha haaa akan membalik ke si pengirimnya. perumpamaan, simbul, dalam berucapan, harus hati hati. Kata yang mengkalimat sebelum dilontarkan via suara oleh saranan di mulut, lidah, gigi, bibir,  tenggorokan, langit-langit rongga mulut, udara .... si "kalimat, menjimat" telah tersemat, terpahat di cipta. Olah semangat yang menyengat.
  24. Ladang 23 : questionnaire tribuana: catatan penguraian tiga waktu hidup peserta: masa lalu (asal usul, pendidikan, dll), sekarang (pekerjaan, kesenangan, seni expressi yang diolah) dan masa depan (apa maunya). nama, tinggi, berat, alamat, hp, dll tentang diri; Memperinci data pribadi di tiga dunia.
  25.  Ladang 24: Renungan bersama dengan saya, dengan pembimbing bengkel (workshop) tentang apa saja, kehidupan, diri, dll. Sikap saya disini sebagai penyerta, penyuguh pandangan, jawaban dari sebuah persoalan dalam bentuk suguhan, bukan keharusan. Pesertalah yang menentukan baik buruk, serta penerimaan atau penolakan jawaban pertanyaan. Dialogos, dua logos, mendoa logos.
  26. Ladang 25: Post note Tribuana, adalah satu olahan menulis catatan apa yang dipanen dari masa lalu ketika ber workshop, catatan, renungan, usul, diskusi dengan saya via skype, email, pun telpon bisa. Melanjut dalam waktu hidup.
  27. Ladang 26: Gerak nurani, ini timbul di Bengkel Teater Rendra Jogyakarta ketika saya mulai memasuki Bengkel Teater Rendra Jogya ditahun 1968 (kalau ingatan saya benar). Gerak indah baiknya dilakukan ditempat suci ber taksu, atau diruang yang netral hening sepi. Bisa juga menggunakan musik yang mendalam rasa penghayatan. Seni meméndét di odalan Pura di Bali, ingatan saya melayang ke odalan purnama kedasa di Tambangan Badung.
  28. Ladang 27 / mata pelajaran 27 ini bernama :improvisasi 3 kata. Dari tiga kata, yang keluar dari kepala secara "reflex", bagaimana mengembangkannya? Dari satu kata ke kata lainnya, ada jarak, ada "perlu rangkaian", bagai jembatan, demikian perkawinan dua kata melahir anak cucu kata-kata, keluarga kata-kata, meng-kalimat, kalimat berpuisi, berpantun, bersajak, berceritera .... Seni mengembang bersama, mulai dari latihan mengembang 3 kata, hingga ke lingkungan, semesta, dan Tuhan Pencipta Semesta.
  29. Mekekawin. Seni menyusun kalimat, kata per kata, dengan di inspirasi oleh bayangan pohon cemara, atau acasia, yang batang kalimatnya tak terlalu mengembangkan percabangan. kesadaran akan rangkaian kata meninti dari dasar/bumi menuju langit/sinar penerangan pokok inti kalimat/pembicaraan. Kayon, Kekayun dalam pewayangan Jawa dan Bali membayangkan apa inti sari yang perlu dikalimatkan.Kalimat bagaikan garis, penghormatan kata yang menentukan kata berikutnya sedemikian membikin rantaian bagai jembatan, baagai batang bohon cemara. enjulang kelangit dan bumi mengakar. Kematangan mengulas, kematangan mensari pengalaman, mencipta kata kata mutiara, Kebijaksanaan, kristal buah renungan.



Tidaklah mungkin melakukan 29 mata pelajaran/ladang pengolahan diatas dalam satu workshop yang singkat. Pilih mana sukanya, sesuai kenyataan dan sarana serta kemampuan.

Bila sandiwara adalah mutiara kehidupan, maka tujuan sandiwara adalah membangkitkan sinar mencerah, membimbing, penuntun kehidupan yang mengharmonis dengan lingkungannya; Dengan membangkitkan expressi tiga dunia, pikir, rasa dan badan sang aktor (pregina) memekar menyelaras dikekinian waktu hidupnya, tempatnya, situasinya dalam bercerita atau memerankan watak mainannya.

Pikir, kata, aksi sehari hari, kebiasaan, watak, nasib. Demikianlah tangga jalan hidup dari ilham di pikir ke nasib.

Seorang aktor Tribuana, diilhami dan dituntun oleh beberapa patokan beraksi:
  1. mesolah/bermain/berakting bagaikan anak kecil, innocent, tanpa rasa berdosa, laju mencair bercanda dalam kehidupan.
  2. bertingkah laku bagai orang dewasa yang matang tahu sopansantun hidup bermasyarakat, berolah dalam jalan keharmonisan di mana saja.
  3. berpikir sebagai seorang ahli, scientific, beriman sebagai seorang ulama, pendeta yang penuntun imannya, keyakinannya, menuruti yang patut/benar dituntut.
Semua parameter diatas meski sulit dicapai dilaksana, tapi janganlah itu akan mengalihkan kita untuk tidak menuruti patokan, nasehat , jalan yang patut diolah, dituruti....

Bagaimanakah seorang murid harus bersikap terhadap gurunya?  (http://tapasudana.blogspot.fr/2006/01/actors-references-steps-of-work-and.html)

Bagaimana seorang guru bersikap terhadap muridnya?  (http://tapasudana.blogspot.fr/2006/01/masters-considerations.html)

Selamat mengolah diri dalam marga keharmonisan antar sesama; seni mesolah, the art of acting , kata orang Inggris.

Montreuil, jumat,8 January 2021, 11:00
akan selalu dikinikan
sembah hatur untuk marga Tribuana, jalan tiga dunia
saya pemangku penciptanya
I Gede Tapa Sudana







"Ngayah" = persembahan sesajen gaya tradisi Bali berupa "pertunjukkan"




dimanche 10 mai 2020

La Luna Nel Pozzo ,Tribuana ,Skype meeting 2020

R

Thanks to Robert Mc Neer, La Luna nel Pozzo, for explaining how Tribuana grow, create together as gardener of a tree buana  and celebrate together common its divers fruit?

This is done after we have made a skype meeting:
    1:  first meeting: Elena Giachetti, Evgenia Stavropoulou, Sara Celeghin, Tapa Sudana.
    2:  second meeting: Elena, Giulio Ferretto, Robert Mc Neer, Pia Wachter, Angel Mc Neer, Marco Adda came later, Tapa

The historic of contribution in idea, proposition, opinion, .... please see this article in this blog too, in evolution.
https://tribuana-theater-of-life.blogspot.com/2020/05/tribuana-skype-meeting-2020.html


To review one of Tribuana workshop in La Luna nel POZZO, in 2006 , video on Salutation Tribuana and Silat Bangau Putih /White Crane of Bogor Indonesia. klick here.


samedi 9 mai 2020

Tribuana Skype Meeting 2020

last up dated: 25 May 2020, 17:53, 

last email from Elena Giachetti: 25 May 2020, 14:42

Tapa answer, mail: 25 May 2020, 20:23


Hello every body, ciao tutti, kalimera

I put here in this blog writting, comment, proposition, idea etc by order of time and days off arrival.
3 may Robert mail , as respond to 2 skype meeting.

Ho messo qui in questo blog la scrittura, il commento, la proposta, l'idea ecc. Per ordine di tempo e giorni di arrivo.


Robert Mc Neer , Pia, Angel Contribution:

Ciao amici, e grazie della telefonata Skype di venerdì.
Qui i miei pensieri. Elena, usali come ti sembra giusto. (Non ho l’email di Marco, se no, l’avrei mandato a lui.)
Baci
Rob
Hello my friends, and thank you for the Skype call on Friday.
Here are my thoughts. Elena, use them as you will. (I don’t have Marco’s email, or I would have sent to him too)


Nourishing the Buana Tree

Italian below


Many of us feel that we have been nourished profoundly over the years through the Tribuana work, which we have learned through our meeting with Tapa Sudana.
We are very grateful for the gift which we have received, and now seems a good time to respond.

Some of us have reached the time in our lives where we are no longer students but teachers, or colleagues in a learning community.
I planted many trees about 10 or 12 years ago on my land and those trees needed a lot of nourishment, a lot of care in the first years of their lives, but now they are on their own, so my relationship to them is is different. 
I no longer have to feed them all the time. Sometimes I trim them, not very much, just so that they can live more fully their lives in a community of trees. This is Tree Buana. 
Most often, now I can just enjoy seeing their growth in the world. 
Likewise Tapa‘s work as a gardener of our human souls has changed over the years. We  no longer meet as often as we used to. That’s not necessary, because our task now is not so much taking this energy on from outside, but rather letting it grow outwards through us, to manifest in the world.

Now some of us feel it is the time to meet again physically, to share together as a learning community where we are in the world, to remember where we came from, and to feed our visions of where we are going.

I imagine this meeting here at La Luna Nel Pozzo, because of all the things which we do, that which is most clearly influenced by our meeting with Tapa is the place itself. It is our temple, which has grown step by step with our relationship to Tapa. The amphitheater, the labyrinth, the forest, the dojo and the restaurant, the many places to work, to rest, to love, to run and scream and to laugh, are a means of thanking Tapa, thanking tribuana, thanking the cosmos for the gift we’ve received in this life.

I imagine a five day workshop (perhaps over over Easter of 2021?) in which we live, look at, speak, work through, dance and eat our tribuana work. What does that mean?

It means practicing together some of the traditional work: I think of tai chi and chi gong, Silat, Kendo, the stick work— the traditional roots of the work. We needn’t practice all of these things, it’s just what comes to my mind— I’m sure other minds bring other desires and considerations. These are the roots: Ancient traditions which nourish us.

Then we have the trunk of the tree, the work which each of us is currently doing, which we can share with the others. Some of this work looks more like what we learned from Tapa, some of it is less so, but it is all nourished by tribuana.
I think of Giulio’s CommunitAzione work, I think of Pia and my clown work with differently-abled people, our sensorial work in nature, our medicinal garden. I’ve heard of Marco’s work with animals and humans, Elena’s FeldenKrais, I know there are many more activities that I’m not aware of, and I can’t wait to meet them....

In these days, through talking, showing, practice, we can share our current projects and practices, so that they can interact in our community of learners, perhaps create new hybrids.

Then comes the question of our visions, which of course grow naturally from our current work, but which will be modified, trimmed and augmented through the visions of our community of learners.

We are sharing, not physically, but temporally, a very special time, which gives us the gift of a contemplative space. We can— and must, to survive— renew and modify our priorities.
I think the near future is a very propitious time to meet, while this sense of renewal is fresh, to combine our energies towards the evolution of the planet and our lives herein.

I think Tapa‘s role in this is pretty much whatever he wants it to be. We are now in a time where he no longer has to carry and guide us, now it is our turn to lift him up, to enlarge his own vision.
We might have requests of him—  not as students, asking him to guide us, but as colleagues in a community of learners, asking him his feedback, from his unique point of view. I’m looking forward to his response to my present work and visions, because I’m sure it will surprise me, and I’m certain we will both grow.

Besides sharing our theater work with the differently-abled, and our sensorial research in nature, we at La Luna nel Pozzo would like to offer our organizational work, the material preparation of the space, and the space itself. Together with Elena? Efgenia? Giulio? who? we would propose an open temporal format, collect proposals, and see that the 5 days have a proposed form (which will undoubtedly change, but it’s good to have a seed first, or there will be no tree...)

Personally, in the 5 days I would like to pursue disquette work with sacred syllables, which I would ask Tapa to nourish, and individual or group totem work. I feel those two works are something which can well feed the space here.

I imagine a time set aside every day also for vision work: How do we envision our 
future/s?
I would like to ask Giulio if he could facilitate this work. 

Of course everything we do will be informed by good food, good music and good laughter. We can see to the food (and Angel happily wants to cook! For us!) but the music and the laughter will be everyone’s responsibility.

We would suggest a price for people which would cover the material costs, mostly to do with food, but which makes no contribution towards us or anyone else as teachers and which should cover all of Tapa‘s costs so that he can enjoy fully the fruits of his labors over these many years. I expect some people could offer more than what we suggest, and some less, so I’m sure it would all balance out.

Of course this is just our proposal, Pia, Angel and mine. It resonates with our wonderful Skype call yesterday, but I’m alone at the moment, so many voices have not been heard. I hope these reflections can stimulate others, and generate action.

Love to all
Rob (Pia & Angel)

Robert made a super video to make clear Tribuana   Tree buana in La Luna nel Pozzo
here is the link, hope it work, i try to put directly the video but Google blog can not take it.




Nutrendo Tree-buana

Tanti di noi ci siamo sentiti profondamente nutrito dal lavoro tribuana negli anni, iniziato con i nostri incontri con Tapa Sudana. Siamo molto grati dal dono che abbiamo ricevuto, è adesso sembra un momento buono per rispondere.

Alcuni di noi siamo arrivati alla fase della vita in cui, più che studenti, lavoriamo da insegnanti, facilitatori, o colleghi in una comunità di ‘learners.’ 

Una dozzina di anni fa, ho piantato tanti alberi nel terreno qui, e quei alberi richiedevano inizialmente tanta attenzione, tanta cura da parte mia. Ma adesso sono grandi, e mio rapporto con essi si è cambiato.
Non devo più curarli continuamente. Faccio un po’ di potatura, man mano, nel modo che possono vivere più pienamente, nella communita arboreo. Questo è il ‘Tree Buana.’
Adesso devo fare quasi niente, solo godere la loro crescita nel mondo.

In un modo simile il lavoro di Tapa, come giardiniere delle anime nostre, è cambiato negli anni. Non ci vediamo più spesso. Non è più necessario, perché nostro compito adesso è meno l’assorbimento dell’energia da fuori, e più il lasciarla crescere attraverso di noi, per manifestare nel mondo.

Adesso alcuni di noi sentiamo che è di nuovo tempo di incontraci fisicamente (!), a condividere, come ‘learning community,’ dove siamo nel mondo, a ricordare da dove siamo venuti, nonché a curare insieme le nostre visioni del dove stiamo andando.

M’immagine quest’incontro qui alla Luna nel Pozzo, perché, di tutte le cose che facciamo, quello più influenzato dal nostro incontro con Tapa è il luogo stesso. Questo è nostro tempio, cresciuto passo a passo con il nostro rapporto con Tapa e con tribuana. L’anfiteatro, il labirinto, il bosco, il dojo e il ristorante— i tanti luoghi per lavorare, per riposarsi, per amare, per correre e gridare, e ridere, sono stati creati in ringraziamento a Tapa, al tribuana, ringraziamento al cosmo per il dono che abbiamo ricevuto in questa vita.

M’immagino un laboratorio di 5 giorni (Pasqua 2021?) nel quale possiamo vivere, guardare, parlare, lavorare, ballare e mangiare il nostro collettivo processo tribuanico.
Questo significa sia la pratica tradizionale: penso al tai ci e il ci gong, al Silat, Kendo, i bastoni— le radici tradizionali. Non dovremo praticare tutte queste cose, sono solo quelli che mi passano per la mente— sono sicuro che altre menti porteranno altri desideri e considerazioni. Questi sono i radici: tradizioni antiche che ci nutriscono.

Poi abbiamo il tronco dell’albero: il lavoro ed i progetti attuali di ciascuno di noi, da condividere. Alcuni lavori assomigliano di più il lavoro fatto negli anni con Tapa, alcuni magari di meno, ma è tutto nutrito dal lavoro tribuana.

Penso al lavoro di Giulio sul ComunitAzione, al lavoro di Pia e me sul clown con le persone diversamente abili, del teatro sensoriale qui alla Luna, al nostro orto di erbe medicinali. Ho sentito parlare del lavoro di Marco sul rapporto umano/animali, il FeldenKrais di Elena. So che ci sono tanti lavori che non conosco, e non vedo l’ora di conoscerli....

In questi giorni, attraverso il parlare, il mostrare, il praticare, possiamo condividere i nostri progetti attuale, per poter far crescere la nostra ‘community of learners,’ magari generando gli ibridi nuovi....

Poi c’è la questione dei nostri visioni, crescendo naturalmente dai nostri attività correnti, ma che saranno modificati, potati e aumentati attraverso i visioni degli altri.
In questo momento che stiamo condividendo— non fisicamente, ma temporalmente— un periodo unico, che ci offre il dono dello spazio contemplativo, possiamo— al mio avviso, dobbiamo, per sopravvivere— rinnovare e modificare le nostre priorità.

Penso che il futuro prossimo sarà un momento propizio per incontrarci, finché il senso di rinnovamento sarà fresco, combinando le nostre energie verso l’evoluzione della pianeta e le nostre vite inglobati in ciò.

Penso che il ruolo di Tapa in questo sarà proprio quello che a lui sembra opportuno. Siamo arrivati ad un punto dove lui non deve più sentire l’obbligo di portarci e guidarci, adesso tocca a noi sopportare lui, sollevarlo per aiutarlo ad allargare ancora di più la sua visione.

Può darsi che avremo delle richieste a lui— non come studenti bisognosi di una guida, ma da colleghi in una community of learners, chiedendo il suo feedback, dal suo unico punto di vista. Non vedo l’ora di sentire le sue risposte al mio lavoro presente, perché sono sicuro che mi sorprenderanno, e che possiamo crescere tutti e due.

Oltre a condividere il nostro lavoro con i diversamente abili, e la nostra ricerca nel teatro sensoriale, noi alla Luna vogliamo offrire il nostro lavoro organizzativo, nonché la preparazione materiale dello spazio, e lo spazio stesso. Insieme ad Elena? Eugenia? Giulio? chi? proporremmo un formato temporale, raccogliere proposte individuale, a vedere che i 5 gg abbiano una forma potenziale (che sarà indubbiamente te cambiata, ma prima di avere un’albero, è bene avere un seme...)

Personalmente, nel 5 gg vorrei seguire il lavoro sulle sillabe sacre, sotto la guida di Tapa, nonché un lavoro individuale o di gruppi sul totem, lavori che m’immagino potrebbero ben nutrire il luogo qui.

M’immagine un tempo giornaliere a dedicare sui visioni: come ci immaginare il nostro futuro/futuri?
Chiederei a Giulio di facilitare questo lavoro.

Naturalmente tutto ciò che faremo sarà accompagnato dal cibo buono, buona musica e buone risate. Possiamo prevedere noi per il cibo (ed Angel si offre entusiasta da cuoca), ma la musica e le risate saranno la responsabilità di tutti.

Propineremo un costo per ciascuno che dovrebbe coprire i costi materiali— sopratutto che fare con il cibo— ma che non contempla un contributo per il lavoro degli ‘insegnanti’ (ma che invece copre tutti i costi di Tapa, nel modo che lui può godere a pieno i frutti dei suoi lavori in tutti questi anni). M’immagino che qualcuno potrebbe contribuire di più del richiesto, qualcuno di meno, quindi sono sicuro che sarà tutto in equilibrio.

Naturalmente, questo è solo la proposta di Robert, Pia, ed Angel. Nata dalle mie considerazioni dopo la conversazione Skype di venerdì, con Elena, Tapa, Giulio, Marco, Pia, Angel ed io. Scrivo da solo, cosciente che ci sono tante voci che non ho sentito ancora, ma spero che questi riflessioni possono stimolare altri, per generare azioni...

Baci a tutti
Rob (Pia ed Angel)


4 may 2020, Monday
Tapa wrote mail:

Dear Robert, Pia, Angel, Elena, Giulio, Marco 
Consider this mail of mine as 2nd respond after Robert, below with his templet=respond 1st.

Evgenia and Elena spoke to me often about eventual meeting, of participants TriBuana workshop of the past, and I don't know if it is relevant for them. Eventually we have first meeting. We were 4, Elena, Evgenia, Sara, Tapa. 

The second meeting 1st May : Elena, Giulio, Robert, Pia, Angel, Marco, Tapa
And lucky, meeting already gave fruit :
Robert is the first to respond, offering his magnifico templet. Joint here. see above copy paste Robert Templet
I copy paste your Templet in file Word here so Marco and Evgenia can read, I put mine here directly. This mail is a time line recording of our meeting, which you all free to add. Just be aware to include the mail you receive, and there will be problem in order. Ha haaa hmm hmm hm
But please if you know what media can we use in order every body can actively enter and contribute the making or linear-totem-idea-tribuana meeting. A virtual Internet paper where every participant can add, con tribute. 

My offering is to honour Robert's Templet. 
It is well done proposal and complete with subject to share, space to offer, and organisation of food, lodging that we should share together. 

I consider space at LA Luna contain many aspect of what TriBuana need as meal and means to explore 29 TriBuana fields /lesson. When it will be, I can not propose. 

I don't feel to act as teacher, nor guide, master, since I consider you all have had many experience of life to offer its crystal as lesson, conference, presentation, something to practice, to ponder, to sing, to explore, to quest together. You are my master, as also I consider tree, space, all presence surround are ready to reveal their secret, teaching. To know how to get or provoke, with Smile. 

Each participants will propose. For that we need to share time. To make program who will feed commun time-totem, when and where in the space choose. 
If one wish to explore TriBuana 29 menu/field, as Robert already mention in Templet proposed, happyly I will surve the wish demand. That is one of my proposal too. 
That all for now. 
Tapa. Monday, 03:56


2nd Skype meeting
Saturday 9 May 2020, 15:00

Evgenia Wrote, 9 may 2020., 12:36

Tapa answer

Monday 11 may 2020, 10:30
email: Francesca Pompeo, Teatro Montevaso
   and below Tapa Answer (copy paste)                                      

Hallo Tapa. how are you? I hope everything is well for you and your family.
 
I write you about this meeting with old students!!!

Elena called me some mounths ago and then we haved skaype all togheter with Eugenia,nd also with Giulio and with Elena and then with Pia. We talked about this tribuana meeting and about the idea. And about the idea to have this meeting in a "tribuana place". I propose Montevaso and Pia propose La luna nel pozzo and we leave us in this chance. Now I understand that Robert was on Skype with you and that He had done a good propose for La luna del pozzo. It can be an opportunity for me to have a meeting with you not in Montevaso!!!! It can be that after or before you will pass from Montevaso. It can be a lot of things. Maybe Puglia is a little be far from us but let we see

just to say that also Montevaso miss Tapa and let we see

I hope I can be on Skype next time
bacio
france

Tapa Respond, 11may 2020. Thanks France for this mail
How are you here in Corona time? Family, Parents, Erico, House, Grand master twin-tree ?
Glad to know you have already in contact with Elena, Evgenia, Giulio, Pia, that seems to me who motorise the idea.
Now I don’t have capacity to promote further more Tribuana. Since ever Tribuana was growing by mercy of others, organisation, theater school, and this who has capacity in organise and financial.
Of course Montevaso is one of important sustainer, gardener of Tribuana, as me as servitor. And others was student, disciple, participants, friends, organisers , …. And now I did not feel to teach or guide as before. Everybody has fond their own way and mastering something as their art, knowledge , speciality , expert in …. their job.
Yet I am  always happy when Tribuana is invited, but now seem the era has changed, people interest too, and economic situation is not helping to spent money to learn something that they can not use immediately .
My deep recognition and thanks to all of them, that organise Tribuana Workshop.
 And in my surprise that some people arise curiosity to meet in skype chat.
I took it happily and seriously even with doubt that real meeting in a residential place will be possible.
Human wish, good god decide, when human do.
To honour this preparation, skype meeting, I made a blog, so I can put all input: WA, mail, Messenger, etc that come to me in a virtual media blogspot:
12 may 2020
Please comment and feed comment field Tribuana, as gardener does, when interest grow.
Tribuana Greeting

Evgenia wrote 12 May 2020, 10:20


Tuesday 12 may 2020, 14:10
Thanks Evgenia pour responding, 
I hope others that participate Skype meeting see what we are sharing, and i as garedener try to honour and put it together as a virtuel dish  / fruit of work / offering to enjoy for whoever wish and and interest.

health and joy for you all;
Useful and Happy sharing, and to take care the past if we appreciate what we have done.

Greeting Tribuana
Tapa


12. May 2020, 13:27, Elena Giachetti Whatsapp


25 Mai 2020, 14:42 email from Elena Giachetti
copy-paste by tapa
Re : Meeting for Tapa
to: Teatro del Montevaso Francesca Pompeo , Tapa Sudana
cc: Giulio Ferrretto , "Evgenia (Tzeni) Stavropoulou" , "piawluna@gmail.com" , "giulio@comunitazione.com" , Celeghin Sara , "marcogerardoadda@gmail.com" , Enrico Pompeo , Rita Canazza & Aronne Ferrari , Ombretta Zaglio , Celeghin Sara

Cari e care,

bentrovati/e.. E trovo il modo di scrivervi in questo momento particolare... grazie
Come prima cosa ringrazio Robert per la sua proposta così preziosa e ricco di energia, insieme a Pia ed Angel.  
Ognuno di noi ha un'esperienza d'incontro e di approfondimento diversa con Tapa, per me è stato una guida, vicina e lontana a seconda dei momenti.
A lui devo di avermi incoraggiata a lavorare con il corpo, e avermi accompagnata.

Se penso al lavoro con Tapa, ci sono  zone di lavoro che mi piacerebbe riattraversare insieme a voi. 
 immagino:
-lavoro sulle sulle sillabe sacre
- occhi chiusi 
--Mi immagino anche di perlustrare zone limitrofe e osservare di quali racconti e immagini sono portatrici: ad esempio tornare in quel campo di ulivi secolari non distante dalla Luna, e starci un po', e/o andare al mare, innescare riti di sabbia.
-allenamento di Silat
-L'albero delle frasi credo possa essere una presenza simbolica insopprimibile, nonchè un pozzo da cui attingere immagini interiori, stelle che accompagnano il viaggio.
-Come proponeva Robert: tempo giornaliero dedicata alle nostre visioni e immagini sul futuro, con l'aiuto di Giulio, è una bellissima proposta

Il desiderio più essenziale e profondo, difficile da verbalizzare, è comunque di riconnettersi, risalire il torrente per tornare in visita alla sorgente.

Quindi possiamo raccogliere i desideri/proposte individuali di ognuno, e capire insieme come fare, come rispondere a Tapa, fruttificare, costruire una comunità di learners, in cui le energie si uniscono.

Mi fa piacere sapere che la Luna è stata nutrita in tuttti questi anni dal Tribuana: la mia prima visita alla Luna ha coinciso con l'incontro con Tapa, quasi 20 anni fa...aahhhhhh uhhhhh, ed è stata un esperienza sinergica tra luogo e Tribuana che mi ha cambiato la vita, aprendola.
La Luna è un posto magico, e come Montevaso - dove sono stata nel 2010-, è spazio atto a riunirsi: mi permetto di pensare che forse un po' fuori mano, non così facile da raggiungere per cui il viaggio potrebbe essere un po' costoso e lungo.. Ma forse già conoscete delle soluzioni e avete informazioni per questo.

Il periodo pasqua 2021, mi sembra un buon momento. 
Forse 5 giorni sono un po' lunghi?
Mi chiedo inoltre se possiamo immaginare che ci siano degli ospiti: persone a noi care (fratelli, mariti, mogli, amiche), che non hanno conosciuto personalmente Tapa, ma che l'hanno conosciuto un po' attraverso di noi, e che potrebbero incontrarlo di persona in questa occasione.

Grazie inoltre per l'offerta della Luna di ospitare questa comunità di Learners in divenire proponendo un costo politico, necessario per coprire le spese di Tapa, e le spese materiali.  Forse possiamo già fare qualche conto e immaginare a quanto ammonta questa cifra.

Ottimo Angel alla cucina, e chiaramente posso dare una mano... e fare di questa un'esperienza collettiva anche nell'organizzazione.


Molto amore e GRAZIE,
Elena



*****************************************english !!

Dear all,
I take my time for write you, in this particulare global time.

First of all, Iwould like to thank Robert for his precious and powerful  proposal, together with Pia and Angel.

Each one of us, had met Tapa in his/her special way: for me He has been my guide, more or less closed, depending on the moments of life.
I am greatefull to him, for encouraging me to work with the body, and for  accompanying me during some special moments.

If I consider the work with Tapa, there are some fields that I would like to re-pass through jointly you all:
I image:
-disquette work with sacred syllables,
-closed eyes experience
- I would like to reconnoiter nearby areas, and listen and observe wich kind images and tales they are carrying: for example, we could came back to the Olive's Trees in that field not far from La Luna, and spend time over there, or/and go back to the beach by the sea, and trigger sand rituals
-Silat training
-The Sentences's Tree:  a symbobic presence that cannot be missing, moreover a well from which to draw inner images, stars accompanying the journey home
- As Robert wrote: daily time dedicated to our visions and images on the future, with the help of Giulio, is a beautiful proposal

Anyway my deepest and essential desire is to reconnect, going up the stream to return to visit the source.

We can collect each one's desires/proposal, and find a new way to do, how respond to Tapa, fructify, create a learners community in wich the energies come together.  I'm glad to know that the Moon has been nourished in all these years by the Tribuana: my first visit to La Luna coincided with the meeting with Tapa, almost 20 years ago ... aahhhhhh uhhhhh, and it was a synergistic experience between  the place and Tribuana who changed my life by opening it.

La Luna, as Montevaso - where I've been in 2010, are magic places,  spaces designed to come together: I allow myself to consider that , maybeit's not that easy to reach La Luna, so the trip could be a little expensive and long .. But maybe you already know the solutions and you have information for it.

Easter 2021 sounds good for me. 
Maybe 5 days is too long? ...I wonder..

I also wonder if we can imagine that there are guests: people close to us (brothers, husbands, wives, friends), who have not personally known Tapa, but who have known him a little through us, and who could meet him in person on this occasion.

Thanks also for La Luna's offer to host this community of learners in the making by proposing a political cost, necessary to cover Tapa's expenses, and material expenses. Maybe we can already do some accounts and imagine how much this figure is.

Great Angel as aour cook, and and of course I can help ... and make this a collective experience even in the organization.


Much LOVE and THANK YOU ALL,
Elena

Tapa Answer, email 25 May 2020, 20:25
to all
Ciao tutti, 
Hello everybody

Hope you are all well, free from Corona, smile tribuana , ha ha haha if it is there still free time to spent for meeting tribuana.
 In my consideration there are natural situation, condition of life now, step of life, personal evolution, personal interest and care, personal occupation, during and after the passage of Virus Corona COVID-19, that put each of us in different branches of a tree, different way, that will change many thing in human behaviour, needs, job, art, research, daily necessity, economical condition, manner in being, relation, …..

Can not imagine that meeting with Tribuana ….. will happen. 

I appreciate very deeply your enthusiasm , idea , wishes for a meeting, and also thanks to La Luna and Montevaso, Ca Roman, Cima Grappa, Cenci, ….. offering magnifique fields for Tribuana cultivation. As myself now, I feel my energy not at the best as it should be to honour your project.

You are all and the place where we worked, are precious books that bloom more when we meet, personal or virtual or in group.

All my best wishes : health tribuanicly/ body,life energy, thought, mind.

I try to cultivate baby tomato now in my garden, seeing grapes fruits growing in front of my window, and divers plants grows wildly from earth in spring, in my little house garden in Montreuil. It is a marvel, as living memories.
All the best
Love and inner smile
Taps Tribuana always.

Google translate, with sorry, con pardonne

Ciao a tutti, Spero che tu stia bene, libero da Corona, sorridi tribuana, ah ah ah ah se c'è ancora tempo libero da trascorrere per incontrare la tribuana. Nella mia considerazione ci sono situazioni naturali, condizioni di vita adesso, fase della vita, evoluzione personale, interesse e cura personale, occupazione personale, durante e dopo il passaggio di Virus Corona COVID-19, che mettono ognuno di noi in diversi rami di un albero, modo diverso, che cambierà molte cose nel comportamento umano, nei bisogni, nel lavoro, nell'arte, nella ricerca, nella necessità quotidiana, nella condizione economica, nel modo di essere, nella relazione, ... Non riesco a immaginare che l'incontro con Tribuana ... .. accadrà. Apprezzo molto il tuo entusiasmo, idea, desideri per un incontro, e anche grazie a La Luna e Montevaso, Ca Roman, Cima Grappa, Cenci, ... offrendo campi magnifici per la coltivazione di Tribuana. Come me stesso ora, sento la mia energia non al meglio come dovrebbe essere per onorare il tuo progetto. Siete tutti e il luogo in cui abbiamo lavorato, sono libri preziosi che fioriscono di più quando ci incontriamo, personali o virtuali o in gruppo. Tutti i miei migliori auguri: salute tribuanicamente / corpo, energia vitale, pensiero, mente. Ora cerco di coltivare un piccolo pomodoro nel mio giardino, vedendo i frutti dell'uva crescere davanti alla mia finestra, e le piante dei sub crescono selvaggiamente dalla terra in primavera, nel mio piccolo giardino a Montreuil. È una meraviglia, come ricordi viventi. Ti auguro il meglio Amore e sorriso interiore Tapa, sempre Tribuana.